Selamat pagi, siang, sore, dan malam Indonesia. Setelah hampir satu tahun tinggal di Norwegia, makin hari makin terasa betapa kesejukan, kemudahan, dan kenyamanan di sini sungguh tidak dapat mengobati rasa rindu terhadap panas dan payahnya hidup di Indonesia. Memang benar kata pepatah, hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, tetap lebih senang hidup di negeri sendiri. Sebagai wujud rindu, tulisan ini pun dibuat untuk sekedar menyampaikan sapa dan berbagi cerita soal sebuah negeri nun jauh di belahan utara bumi, Norwegia, tempat di mana olah raga Ski dilahirkan.
Suhu udara baru saja kembali ke area positif belakangan ini, namun masih di kisaran 2-6 derajat celcius di Oslo. Salju masih ada, namun tak lagi setinggi paha, jalanan pun tak lagi berwarna putih tertutupi taburan salju. Senang sekali, musim semi akan tiba, pohon-pohon yang kering akan kembali ditumbuhi daun-daun, hijaunya rumput pun akan kembali warnai hari setelah diselimuti salju sejak November, pekarangan pun akan kembali siap untuk ditanami beraneka ragam bunga, dan matahari pun akan semakin sering bersinar ceriakan hari. Seumur hidup, tak pernah rasanya saya begitu antusias untuk menyambut datangnya sinar terang matahari. Mengingat Indonesia punya sinar matahari hampir setiap hari, membuatnya menjadi tidak terlalu spesial. Belum lagi, sinar matahari Indonesia begitu menyengat.
Di sini, anak kecil sampai orang tua bertaburan bermain dan bersantai di luar rumah ketika matahari bersinar cerah, matahari terlalu jarang muncul untuk disia-siakan. Di Indonesia, jangan harap orang mau bersantai di luar rumah sebelum matahari mulai meminggir. Selain untuk bersantai, orang-orang di sini juga senang berjemur karena ingin membuat warna kulit mereka menjadi kecoklatan. Bagi mereka, kulit yang terlalu putih terlihat sangat pucat dan seperti orang sakit, makanya mereka ingin kulit yang kecoklatan agar tampak lebih segar dan indah. Sementara di Indonesia, gadis-gadis sibuk memutihkan diri, bahkan ada jelas-jelas sudah dilahirkan sawo matang pun masih saja terapi suntik vitamin C supaya bisa lebih putih bersinar. Ada-ada saja. Sepertinya susah sekali untuk menyukai diri sendiri apa adanya.
Selain terkenal dengan olah raga Ski dan kesenangannya berjemur, orang Norwegia juga terkenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang paling baik hati di dunia. Jika anda tersesat di Norwegia, tenang saja, pasti akan ada yang menolong Anda. Ditambah lagi, mereka bisa berbahasa Inggris. Jadi kesulitan yang kebanyakan turis alami di Spanyol, Italia, atau Perancis, tidak akan terjadi di Norwegia. Namun, mereka adalah orang-orang baik hati yang juga sering dibilang "dingin", karena sikapnya yang cenderung tertutup, individualis, membutuhkan ruang besar untuk diri mereka sendiri dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk orang lain. Jika seseorang butuh pertolongan, mereka pasti akan bantu sebisanya, tapi bukan berarti mereka "mau" berteman. Kata seorang teman asli Norwegia, panjangnya musim dingin membuat mereka malas keluar rumah dan malas bersosialisasi, sehingga terpola karakter yang lebih tertutup dan individualis tersebut. Inilah menurut saya salah satu perbedaan besar antara orang Norwegia dan Indonesia. Saya rindu suasana keakraban dan kebiasaan silaturahmi orang Indonesia. Walaupun Indonesia negerinya panas, orang-orangnya tidak berhati panas dan suka marah-marah. Orang Indonesia itu murah senyum dan suka bertegur sapa, orang Indonesia itu hangat dan bersahabat.
Tapi pernah juga dalam hati terbersit untuk melanjutkan bekerja di Norwegia setelah lulus kuliah nanti. Selain karena iklim yang lebih beragam dan indah, hidup di sini juga mudah dan nyaman. Mudah karena sekolah murah sekali (biaya per semester untuk program master di kampus saya hanya sekitar Rp.600,000), transportasi publik juga sangat nyaman, teratur (jarang sekali terjadi kemacetan atau kecelakaan), dan tepat waktu, rasanya tidak ada perlunya punya mobil sendiri. Di sini juga selalu ada pekerjaan (part-time atau full-time). Harga-harga barang dan jasa di sini memang sangat mahal (sekitar 5-6 kali lebih mahal dari standar harga Indonesia), tapi gaji pekerja juga sangat tinggi (UMR Norwegia sekitar Rp. 180,000 per jam, sekitar 30 kali lebih tinggi dari UMR Indonesia). Petugas kebersihan di sini, mampu menyewa apartemen, mampu makan di restoran, mampu beli mobil, dan kalau dia pandai menabung, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Makanya banyak anak muda Norwegia tidak ingin langsung kuliah setelah lulus SMU. Mereka memilih untuk bekerja dulu, menjadi kasir, petugas kebersihan, pelayan, dan sebagainya selama 6-10 bulan. Sebagian besar penghasilannya mereka tabung, lalu jalan-jalan ke luar negeri selama 2-4 bulan. Setelah istirahat dan senang-senang 1 tahun, baru mereka kuliah. Ketika kuliah, setiap bulan mereka akan menerima pinjaman tanpa bunga dari pemerintah sekitar Rp.16 juta (ini cukup untuk bayar sewa flat, makanan enak, jalan-jalan, dan pesta alkohol). Kalau mereka berhasil lulus, hanya sekitar 60% dari total hutang saja yang perlu mereka bayar kembali kepada pemerintah. Bagaimana, enak bukan?
Norwegia juga sangat nyaman karena segala sesuatu diatur dan diurus dengan baik, sehingga kualitas hidup masyarakatnya pun baik. Tidak perlu lagi masyarakat khawatir dengan giliran pemadaman listrik, langka BBM, atau keterbatasan akses terhadap air bersih. Di sini, kita bisa meminum air langsung dari keran mana saja di seluruh Norwegia, mau dari keran di rumah, di apartemen, maupun di toilet-toilet umum. Belum lagi kesadaran penduduknya akan kebersihan sudah sangat tinggi. Hampir tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Mereka juga telah memisahkan sampah ke dalam 5 kategori yang harus di buang di tempat sampah yang tersendiri: organik, kertas, kaleng, plastik, dan kaca (semua akan didaur ulang); dan di sini, sudah tidak ada lagi toilet yang berlantai becek, semua toilet kering dan bersih.
Selain itu, negeri ini sangat aman. Anda ketinggalan tas atau dompet di kereta api atau bus? Tenang, telpon saja perusahaan terkait, pasti mereka akan menemukan dan menyimpankan dompet Anda. Tidak akan ada yang mengambil dompet yang jatuh, yang ada, orang yang menemukan akan melapor ke petugas dan menyerahkan dompet tersebut. Belum selesai. Di sini, semua jenis transaksi dari beli permen, pulsa telepon sampai beli tiket pesawat, dapat diselesaikan dengan kartu debit/kredit maupun internet banking. Kita bahkan bisa membeli tiket di dalam kereta api (jika tengah buru-buru sehingga tidak sempat membeli di mesin tiket), dengan kartu. Mesin untuk pembayaran kartu ada di mana-mana, supir taksi, supir bis, petugas kereta api, toko-toko dari yang besar sampai yang kecil-kecil, semua punya. Sungguh memudahkan hidup.
Bagaimana dengan suasana kota? Tersedianya trotoar yang lebar bagi para pejalan kaki adalah fasilitas yang sangat saya nikmati. Sungguh nyaman menjadi pejalan kaki dan pengguna transportasi publik di sini. Berjalan kaki mengelilingi pusat kota adalah aktifitas yang sangat mengasikkan, karena town square di sini benar-benar town square alias perempatan atau alun-alun kota (bukan Mal town square), pintu utama mal-mal, restoran-restoran, toko-toko, atau kafe-kafe benar-benar langsung menghadap trotoar. Dari trotoar kita bisa melihat etalase dari berbagai jenis toko, dari trotoar kita bisa belanja mata. Di musim panas, umumnya kafe-kafe menyediakan kursi di teras gedung alias di atas trotoar, membuat suasana kota menjadi terasa sungguh santai dan akrab. Kapan ya Indonesia bisa punya tata kota yang rapi dan indah seperti Norwegia? Kapan pula Pontianak punya the real town square? Tak perlu lah kita membangun town square ala Eropa, kita bisa bangun dengan gaya khas kita sendiri. Inti dari town square itu adalah pusat kota di mana masyarakat dalam menemukan dan melakukan aktifitas apa saja di sekitar area tersebut. Mau beli buku, CD, baju, atau sekedar mau makan atau duduk santai di kafe, sampai mau istirahat (hotel).
Sungguh enak hidup di negeri ini, sebenarnya. Tapi bersitan ide untuk tinggal di sini tak kunjung pula menjadi niat bulat. Di sini tidak ada satu pun pasar di mana pelanggan masih bisa menawar harga. Di sini tidak ada pisang kepok, tidak ada durian, juga susah mencari tahu, dan tidak ada Es Lidah Buaya. Di sini hampir tidak pernah terdengar suara azan. Di sini orang-orang tua (warga senior) sering jalan-jalan sendiri, tidak ada yang menemani. Sampai saat ini saya belum pernah melihat atau mendengar ada warga senior yang hidup satu atap bersama salah satu anaknya. Anak-anak mereka yang sudah memiliki keluarga sendiri sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, dan hanya akan berkunjung sesekali. Kebanyakan warga senior di sini harus menjalani hari tua mereka sendirian, dengan banyak waktu luang, tapi tidak banyak kasih sayang, kesepian. Di sini juga, orang-orang tampaknya sudah tidak lagi menjunjung tinggi janji pernikahan, orang begitu mudah memutuskan untuk bercerai (Norwegia salah satu negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia, 45%); dan di sini, tidak mengenali tetangga sendiri adalah hal yang biasa. Boro-boro berbagi makanan dengan tetangga atau kerja bakti bersama.
Kita adalah tipe masyarakat yang masih memiliki pondasi norma-norma sosial dan kesopanan yang tinggi. Masyarakat Indonesia itu hangat, lebih bersahabat, lebih menghormati dan menyayangi orang tua, serta lebih senang berbagi dan silaturahmi. Tapi sayangnya kita masih miskin dan terbelakang dalam pembangunan. Jika mulai sekarang kita semua bekerja 1.5 kali saja lebih keras, sepertinya memiliki Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera bukan hanya akan selalu jadi mimpi di siang bolong dalam 10 tahun ke depan. Tak perlu lah kita berpikir untuk melakukan aksi yang besar-besar, cukup mulai dari yang kecil-kecil saja. Seperti mulai berhenti membuang sampah sembarangan, mulai berhenti korupsi waktu, atau mulai dengan lebih berani mengakui kesalahan dan berhenti "menyogok" ketika ditilang Pak Polisi karena tidak memakai helm?
Mari berandai-andai, jika dalam 10 tahun ke depan benar-benar tercapai Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera, bukankah Indonesia dengan segala norma dan karakter bangsa-nya dapat menjadi negeri yang 10 kali lebih membahagiakan dari Norwegia? Salam hangat dan semangat selalu. (Mahasiswa Pasca Sarjana).
Sumber : Kaskus.us dikutip dari www.borneotribune.com
-
Non-taxable income and the cost of office
The cost of office is used to reduce the gross income of permanent employees who are still actively working...
-
Witholding System
Witholding System yaitu pajak yang terutang dihitung, disetor dan dilaporkan oleh pihak lain. Pemotongan dan Pemungutan (PotPut) merupakan penerapan dari sistim perpajakan...
-
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
in this article I will discuss who are authorized to make the deduction and collection as well as anyone that his tax cut by a third party...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
14 komentar:
:) sungguh menharukan, saya pernah baca catatan kecil ini untuk kita bangsa Indonesia :)
halo salam kenal..mau ajakin tukeran link nih.
link anda sudah saya pasang di http://film-komedi.blogspot.com
klo berkenan pasang link saya juga ya
nama : film komedi
link : http://film-komedi.blogspot.com
makasih
Halo salam kenal.mau ajakin tukeran link nih.Link anda sudah saya pasang di http://speakermini.blogspot.com pasang link gw juga ya...
link : http://speakermini.blogspot.com
nama : Speaker Mini
makasih
waaah ,, mantap nih storynya ... :x
salam kenal mas :D
mantaap abis dah ,, :-*
siapa bilang orang indonesia itu ramah dan tidak mudah panas? tolong jgn disamakan org indo dulu dan sekarang,sudah bagaikan langit dan bumi!! anda bisa bicara baik2 ttg indonesia karena masih tinggal disana,coba kalau balik lagi ke indo dgn jangka waktu yg cukup lama,pasti anda akan menjelek2an indonesia..kalau lebih cinta indonesia,kenapa ga pulang dan menetap lagi saja di indo?!!!!
salam kenal...
mohon bantuan dan info untuk scholarship di norwegia ..
bisa dikirim ke finirael05@gmail.com
makasi :)
nice... !!!
Semua yang dikatakan tentang Norwegia itu benar adanya karena saya sudah merasakannya sendiri. Saya berharap bisa lagi ke negeri itu. I miss Norwey.
halo, salam kenal. saya sangat tertarik dg Norwegia, apalagi Alesund City. cerita anda benar2 menarik. oh iya, anda dari pontianak ya?kalau saya dr Jawai Sambas
Gak ada foto2nya
Semoga bisa ke sana suatu hari...
Post a Comment